Evening to cake lover! Evening to chemist too!
Halo, selamat malam!
Di post pertama ini, penulis akan menarik sebuah garis di antara oven dan tabung reaksi(?)! Menginformasikan hubungan kue yang biasa anda makan dengan prinsip kimia yang begitu mengasikkan. Meluaskan wawasan anda mengenai kehidupan di sekitar anda!
Apa di antara para pecinta kue sekalian ada yang mengetahui bahwa kue yang biasa anda panggang di bawah microwave merupakan sebuah koloid?
Dan apa di antara para pecinta kimia sekalian ada yang mengetahui bahwa kuning dan putih telur yang melumuri adonan kue adalah sebuah koloid?
Ya, anda sekalian akan mengetahui itu semua di sebuah percobaan/pembuatan produk yang kami lakukan beberapa hari yang lalu.
Kami mencoba untuk membuat sebuah Brownies Cake untuk mengetahui, darimana cake dapat disebut sebagai koloid.
Untuk membuat brownies cake ini, kami membutuhkan beberapa bahan yang pasti para pecinta cake tahu percis mengenai bahan ini, juga alat-alat dapur yang sangat familiar bagi para pecinta cake. Alat dan bahan juga cara kerja dapat anda lihat di Playground>How to make a cake>Brownies
Saat kami membuat adonan untuk brownies ini, terutama saat kami mengocok telur, putih telur menunjukkan sifat koloidnya. Ia menghasilkan buih pada permukaannya. Buih tercipta akibat putih telur menangkap gelembung udara yang tercipta saat pengocokan. Dapat disimpulkan, pada saat pengocokan telur pun, koloid tercipta dalam bentuk buih, dimana gas terdispersi dalam zat cair sebagai fasa pendispersinya.
Ternyata, buih yang diciptakan oleh putih telur ini dapat menentukan kekokohan kue yang akan dibuat. Semakin stabil kestabilan buih, maka kualitas kue yang tercipta akan semakin baik. Jadi, volume dan kestabilan buih pada putih telurlah yang menentukan bagus tidaknya kue yang akan kita buat.
Lemak, contohnya pada kuning telur, dapat mengganggu pembentukkan buih dan mengurangi volume buih yang diciptakan oleh putih telur. Hal ini akan menurunkan kualitas kue sehingga dalam membuat kue ini, kuning telur dikocok secara terpisah.
Agar putih telur menciptakan buih dengan stabil, perlu ditambahkan gula sebagai pengikat proteinnya. Gula berperan untuk mengurangi pengendapan yang terjadi dalam adonan.
Di sinilah koloid dari suatu cake, yaitu emulsi padat, dimana gula sebagai fase terdispersinya, dan putih telur sebagai zat pendispersinya.
Pengendapan protein pun dipengaruhi oleh suhu dan waktu dalam pemanasan adonan kue. Bila pada suhu panas cake dipanaskan dengan waktu yang berlebihan, akan terjadi pengendapan yang berlebihan pula. Sebaiknya, cake dipanaskan dengan suhu tinggi dan pada waktu yang singkat.
Cara pembuatan koloid pada cake ini sendiri adalah dengan cara fisika, yaitu cara dispersi dengan mekanik. Cara mekanik adalah cara pembuatan koloid dengan teknik penumbukan dan pengadukan.
Jadi, jelaslah bahwa cake merupakan koloid emulsi padat yang dibuat dengan cara dispersi dengan mekanik...
Itulah kimia dalam cake.. Dalam sepotong kue pun, kita dapat memperluas pengetahuan kita mengenai sains. Hanya dalam sepotong kue..
Halo, selamat malam!
Di post pertama ini, penulis akan menarik sebuah garis di antara oven dan tabung reaksi(?)! Menginformasikan hubungan kue yang biasa anda makan dengan prinsip kimia yang begitu mengasikkan. Meluaskan wawasan anda mengenai kehidupan di sekitar anda!
Apa di antara para pecinta kue sekalian ada yang mengetahui bahwa kue yang biasa anda panggang di bawah microwave merupakan sebuah koloid?
Dan apa di antara para pecinta kimia sekalian ada yang mengetahui bahwa kuning dan putih telur yang melumuri adonan kue adalah sebuah koloid?
Ya, anda sekalian akan mengetahui itu semua di sebuah percobaan/pembuatan produk yang kami lakukan beberapa hari yang lalu.
Kami mencoba untuk membuat sebuah Brownies Cake untuk mengetahui, darimana cake dapat disebut sebagai koloid.
Saat kami membuat adonan untuk brownies ini, terutama saat kami mengocok telur, putih telur menunjukkan sifat koloidnya. Ia menghasilkan buih pada permukaannya. Buih tercipta akibat putih telur menangkap gelembung udara yang tercipta saat pengocokan. Dapat disimpulkan, pada saat pengocokan telur pun, koloid tercipta dalam bentuk buih, dimana gas terdispersi dalam zat cair sebagai fasa pendispersinya.
Ternyata, buih yang diciptakan oleh putih telur ini dapat menentukan kekokohan kue yang akan dibuat. Semakin stabil kestabilan buih, maka kualitas kue yang tercipta akan semakin baik. Jadi, volume dan kestabilan buih pada putih telurlah yang menentukan bagus tidaknya kue yang akan kita buat.
Lemak, contohnya pada kuning telur, dapat mengganggu pembentukkan buih dan mengurangi volume buih yang diciptakan oleh putih telur. Hal ini akan menurunkan kualitas kue sehingga dalam membuat kue ini, kuning telur dikocok secara terpisah.
Agar putih telur menciptakan buih dengan stabil, perlu ditambahkan gula sebagai pengikat proteinnya. Gula berperan untuk mengurangi pengendapan yang terjadi dalam adonan.
Di sinilah koloid dari suatu cake, yaitu emulsi padat, dimana gula sebagai fase terdispersinya, dan putih telur sebagai zat pendispersinya.
Pengendapan protein pun dipengaruhi oleh suhu dan waktu dalam pemanasan adonan kue. Bila pada suhu panas cake dipanaskan dengan waktu yang berlebihan, akan terjadi pengendapan yang berlebihan pula. Sebaiknya, cake dipanaskan dengan suhu tinggi dan pada waktu yang singkat.
Cara pembuatan koloid pada cake ini sendiri adalah dengan cara fisika, yaitu cara dispersi dengan mekanik. Cara mekanik adalah cara pembuatan koloid dengan teknik penumbukan dan pengadukan.
Jadi, jelaslah bahwa cake merupakan koloid emulsi padat yang dibuat dengan cara dispersi dengan mekanik...
Itulah kimia dalam cake.. Dalam sepotong kue pun, kita dapat memperluas pengetahuan kita mengenai sains. Hanya dalam sepotong kue..
0 comments:
Post a Comment